Jumat, 29 April 2016

Bali. Things to Do (Bag. 1)


Hay! Entah apa yang saya pikirkan malam itu, ya, malam dimana saya menuliskan ini. Awalnya saya yang tiap pulang kerja tidak punya kerjaan selain berselancar di dunia maya, mending saya benar-benar mengisi dunia maya. Karena ide untuk menulis tak kunjung datang, seketika terbersit lah menulis travel guide ini, yang sebenarnya bukan benar-benar trevel guide sih. Meskipun bukan seorang traveller yang sudah berkunjung ke berbagai tempat, tapi ya sudahlah, itung-itung nyenengke hati sendiri, berbagi cerita dengan kang mas dan mbak yu semua. 

Mulai dari mana ya? Hmm. Oke, saya mulai dari perjalanan yang sedikit jauh. Kali ini cerita tentang plesir ke Pulau Dewata, pulau para dewa. Meski hanya sekali, mungkin hampir semua orang pernah ke sana, setidaknya waktu karya wisata saat SMA. Begitupun dengan saya. 

Sayangnya kunjungan saat itu bukan sesuatu yang berkesan. Bahkan kalau diminta untuk menyebutkan kemana saja saya dulu, saya ogah bercerita. Yang saya ingat hanya pemandangan pantai, pantai dan pantai, tanpa tahu dan tidak ingin tahu namanya. Eh, sebenarnya ada yang tak kan pernah terlupa, bahkan menolak lupa. Pengalaman hampir tenggelam di laut lepas. 

Setelah kejadian itu, pantai yang begitu anggun dan menawan, tak menarik hati saya. Mereka yang tenang, bisa saja diam-diam menenggelamkan. Tapi mau gimana lagi, memang sudah dasarnya cantik. Tak mampu saya berlama-lama membencinya. 

Pantai dengan pemandangannya yang punya daya magis, sesederhana apapun laut tetap terlihat istimewa. Selalu membuatku larut saat memandanginya. Ya begitu, hanya memandanginya atau sekedar membasahi kaki.

***

Akhir tahun 2015 lalu, saya berkesempatan dan menyempatkan berkunjung ke sana lagi. Memperbaiki hubungan dengan Bali. Saya kesana hanya dengan dua teman, yang kebetulan semuanya perempuan. Perjalanan wisata dengan sponsor yang lumayan. Hahaa. 

Kami sudah mempersiapkan tiket pesawat dan memesan hotel jauh-jauh hari. Pemesanan tiket pesawat dengan harga yang masih terbilang murah setidaknya dipesan 2 minggu sebelum keberangkatan. Bagi yang hobi jalan-jalan, aplikasi pemesanan tiket pesawat, tiket kereta ataupun hotel wajib ada di telepon pintarmu. 

Dengan itu, pemesanan akan jauh lebih mudah, pesan-pesan-pesan tinggal bayar. Jika kamu beruntung ada banyak promo yang kadang ditawarkan, baik dari aplikasi ataupun pihak maskapai. 

By the way, direct flight dari Semarang menuju Denpasar jumlahnya hanya sedikit dan terbilang agak mahal. Berbeda penerbangan dari Jakarta atau Surabaya yang harganya jauh lebih murah dan pilihan maskapai lebih banyak. Tinggal pilih saja bandara terdekat dari tempatmu, dengan sedikit pilah pilih dan kombinasi transpotrasi sesuai budget

Kalau soal hotel, pilih saja hotel yang tidak perlu terlalu bagus. Cukup hotel bintang 1 atau 2 atau bahkan cukup dengan homestay. Disana juga banyak kamar kos yang disewakan per hari atau losmen, terutama daerah gang-gang jalan Kuta dan Legian. Toh nanti hanya untuk tempat menaruh barang dan numpang tidur. Tapi tetap pertimbangkan kenyamanan dan letaknya. 

Ada satu lagi yang perlu dipersiapkan. Transpotrasi selama di Bali. Sebagai para perempuan yang mengutamakan keamanan, kami memutuskan menyewa mobil untuk tour kami. Namun jika ingin lebih hemat, bisa menyewa sepeda motor yang banyak ditawarkan disana. Untuk sewa mobil budget yang harus dikeluarkan sekitar 400-500rb/12 jam (include BBM dan supir) dan untuk sepeda motor sekitar 30-50rb/hari (exclude BBM). 

Jika di Bali saya tidak sarankan naik kendaraan umum, soalnya tidak ada angkot dan bis kota sangat jarang, yang banyak hanya taksi. Juga persiapkan rute perjalanan selama disana, lebih baik tentukan terlebih dulu tujuan kemana saja kamu akan pergi saat di Bali. Bisa cari-cari di internet atau baca di blog orang lain, seperti ini. Hahaa 

***

Perjalanan kami rencanakan selama 4 hari 3 malam. Kami berangkat dengan penerbangan siang hari. Hari Kamis, 10 Desember 2015 pukul 14.15 WIB dari Bandara Ahmad Yani dengan Garuda Indonesia.

Ready to Get Lost in Bali
Cuaca cukup cerah, jadi perjalanan berjalan aman dan tiba tepat waktu. Pukul 17.30 WITA pesawat landing dengan mulus di Bandara Ngurah Rai. Saat tiba di bandara, untuk menghindari taksi bandara yang cukup mahal, kami mencari taksi reguler dengan berjalan menuju tempat parkir. Disana akan ada beberapa taksi yang lewat atau terparkir. 

Plan pertama, kami menuju hotel untuk check-in dan istirahat sebentar. Hotel yang kami pilih berada di daerah Kuta yaitu Sun Island di Jalan Kartika Plaza, Kuta. 10 menit dari bandara. Hotel yang tidak terlalu besar, namun nyaman, lengkap dengan kolam renang dan restoran 24 jam. Lokasinya juga strategis dan ramai. Dari hotel, Pantai Kuta bisa kami jangkau dengan berjalan kaki, ada mall yang cukup besar, dan banyak tempat makan dengan berbagai menu di sepanjang jalan. Alasan utama kami memilih hotel itu sih, biar nggak susah cari tempat makan. 

Setelah mandi, sholat dan sedikit beres-beres, kami pergi makan. Ke mana pun kita pergi, cara paling aman dalam hal makan di tempat asing (tanpa ada rekomendasi orang lain) adalah makan di tempat yang banyak ada di berbagai kota. Jadilah kami makan di restoran sejuta umat nusantara. Pengennya sih di Spesial Sambal alias SS tapi nemunya D'Cost. Hahaa

Setalah makan, kami ke Krisna Oleh-oleh Khas Bali. Saran dari seorang teman, lebih baik kami mencari oleh-oleh terlebih dahulu. Karena akan nggak asik banget kalau liburan direpotkan dengan belanja oleh-oleh, katanya. Oke. Sebelum kami memulai plesir 3 hari kedepan, kami memutuskan untuk belanja. Sungguh momen menyenangkan bagi para wanita. 

Krisna adalah salah satu pusat oleh-oleh dengan beberapa toko di Bali, yang terbesar di Jalan Sunset Road, Kuta. Kata Pak Sopir Taksi, disini yang termurah dan terlengkap dibandingkan toko Krisna yang lain. Juga dilengkapi restoran yang cukup besar dan foodcourt dengan beberapa kios makanan. Puas berbelanja kami kembali ke hotel. 

Pagi hari kami janjian dengan mas supir pukul 08.00 WITA. Setelah sarapan di hotel kami langsung cuss berangkat. Plesir hari pertama kami rencanakan ke daerah Bali Selatan dan objek wisata pertama yang kami tuju adalah Tanjung Benoa. Yaa, main wahana air. Sebelumnya saya sudah pernah menjajal keberanian bergulat dengan air. Perlatihan water rescue 5 tahun yang lalu. Never mind. Saya bisa menaklukkannya (dengan pelampung) meski tetap ada takut yang terpendam. 

Perjalanan dari Kuta menuju Tanjung Benoa sekitar 30 menit, dengan melewati tol laut Mandara. Pemandangannya cukup asoy, melewati jalan yang kanan kirinya benar-benar laut. Perlu kalian tahu, di Tanjung Benoa ada banyak sekali sejenis agen permainan atau olahraga air, jadi pintar-pintar memilih tempat yang harganya miring. 

Rata-rata olahraga air yang ada disana hampir sama seperti Banana Boat, Rolling Donut, Flying Fish, Parasailing, fasilitas seperti snorkling, diving, Glass Bottom Boat untuk menyeberang ke Turtle Island juga ada. Dengan harga mulai dari 100rb hingga 750rb per permainan. Disana saya cuman naik Rolling Donut, sejenis permainan menggunakan ban besar yang ditarik speed boat dengan sedikit atraksi ngepat-ngepot. Lumayan seru.

 Modalnya Tenang, Jangan Panik!
Perjalanan selanjutnya, Garuda Wisnu Kencana Culture Park atau terkenal dengan singkatan GWK. Dari Tanjung Benoa sekitar 20 menit. Tiket masuk 50rb per orang (untuk dewasa). Sepertinya tempat ini masih sama dari 8 tahun yang lalu saya kesini. Hanya lebih rindang dan beberapa fasilitas tambahan seperti restoran dan toko souvenir yang lebih besar, selebihnya sama. 

Jadwal kami sampai bertepatan dengan digelarnya pementasan tari Barong di Amphitheatre, seperti gedung pentas seni tanpa atap. Di GWK pementasan seperti ini rutin dan terjadwal digelar, juga ada tari kecak yang biasanya dipentaskan saat matahari terbenam. Sekitar 2 jam kami disana, sempat foto dengan penari Barong nya loh (yang saya curigai dia seorang bule, hahaa). Oke lanjut ke tempat berikutnya.

Para Penari Barong ( dan kami)

Pura Luhur Uluwatu. Perjalanan menuju kesana hanya 15 menit. Sebelumnya kami mampir dulu di sebuah warung masakan Jawa untuk makan siang. Sebenarnya soal makan di Bali, kalian tidak usah khawatir, karena disana masih banyak tempat makan yang relatif murah. Warung makan sederhana, warung padang, warung soto, bahkan gado-gado juga ada. Dengan harga berkisar 10-20rb per orang sekali makan. 

Tiket masuk ke Uluwatu 30rb per orang. Saat berjalan menuju pura banyak monyet yang berkeliaran di pepohonan bahkan di jalanan. Jadi hati-hati saat menenteng barang. Pura ini terletak di atas tebing di tepi pantai. Saat kita di sana memang benar-benar di bibir tebing. Syahdunya, ketika angin laut bertiup kencang. Sempribit. Disana kami menghabiskan sore juga cekrak cekrek sana sini pastinya, sambil mikir kemana kami akan menikmati sunset.

Pura Luhur Uluwatu, Ketinggian yang Mengindahkan.
Di Uluwatu saat itu masih pukul 16.00 WITA. Eh, disana juga ada seperti tempat pentas seni out door yang setiap matahari terbenam, digelar pementasan tari kecak. Sebenarnya akan sangat sempurna saat sunset di atas tebing pantai, ikut menari kecak. Tapi apa daya kami harus lanjut ke tempat berikutnya (karena saya kalah suara sih, hahha). Rencana yang disepakati adalah menuju Jimbaran. Makan malam di tepi pantai sambil memandangi langit yang mulai berubah warna. Okelah, tidak terlalu buruk, searah pulang juga ke Kuta. 

Pukul 17.00 WITA kami sampai di restoran tepi pantai yang dipesankan supir. Restoran dengan pasir sebagai lantainya, langit sebagai atapnya, dan pantai sebagai pemandangannya. Banyak restoran yang berjejer di sepanjang pantai Jimbaran ini, tinggal pilih saja. Dan hal pertama yang terbersit di benak saya saat sampai, pasti mahal. Benar saja, akhirnya kami pilih paket yang paling memungkinkan dan menguntungkan. All varian seafood 150rb per orang.

Sunset-nya Jimbaran
Kami memesan agar makanan dikeluarkan ba’da maghrib. Jadi kami bisa jalan-jalan dulu di pinggir pantai Jimbaran. Akhirnya, kami tutup perjalanan hari pertama di Bali dengan makan malam romantis di pinggir pantai. Pukul 20.00 WITA tepat kami sampai di hotel. 

Di Bali Selatan sebenarnya banyak sekali objek wisata, yang sekarang mulai nge-hits itu ada Pantai Pandawa, pantai dengan pemandangan tebing kapur yang dikeruk; Pantai Dreamland, pantai pasir putih yang masih perawan; dan Pantai Blue Point, surganya para surfer. Kalau penasaran, bisa kalian cari lebih lanjut penampakan dan lokasinya. 

Hari pertama, sekian. See yaa!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar